Pengembangan Informasi Masyarakat

Selasa, 23 Juni 2009

Warung Informasi Usaha


Kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang mudah dijangkau, murah serta dapat diaplikasikan langsung dapat dipenuhi apabila sumber informasi itu ada di sekitar tempat tinggal mereka. Sumber informasi itu dapat diwujudkan dalam bentuk WARUNG INFORMASI USAHA (WIU). Seperti halnya WARTEL atau Warung Telekomunikasi yang menjual jasa penyediaan sarana komunikasi jarak jauh dan WARNET atau Warung Internet yang menjual jasa informasi lewat internet, WIU merupakan warung atau kios yang menjual produk dalam bentuk jasa penyedian informasi usaha.
Bentuk WIU mirip Warnet dimana di dalam warung atau kios tersebut terdapat beberapa komputer yang dapat digunakan oleh pelanggan untuk pencarian informasi, namun ada beberapa perbedaan yaitu :
  1. Sumber informasi WIU berasal dari sebuah perangkat/aplikasi khusus yang memuat informasi usaha. Sedangkan Warnet menyediakan informasi dari internet, sehingga informasinya bermacam-macam dari berbagai sumber situs web. Selain aplikasi off-line, WIU juga bisa terhubung ke internet untuk memfasilitasi pelanggan menuju informasi yang disediakan oleh pihak lain di situs web.
  2. Pengunjung WIU adalah orang yang mau belajar tentang usaha dan juga orang yang mau mempromosikan sarana usaha. Hal ini berbeda dengan pengunjung internet yang memiliki tujuan bermacam-macam.
WIU dapat menghubungkan petani, penjual sarana usaha / sarana produksi, pemberi pinjaman modal, dan pembeli. Petani mengunjungi WIU selain untuk belajar budidaya juga bisa mempromosikan produk hasil usahanya. Selain belajar budidaya petani juga dapat memperoleh pembelajaran bagaimana cara menjadi petani yang sukses, memperoleh pupuk yang murah serta bagaimana cara memasarkan produk.

Senin, 22 Juni 2009

Kebutuhan Informasi Bagi Masyarakat


Masyarakat di negara kita kebanyakan memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Namun alangkah sangat disayangkan masih banyak hasil pertaniannya belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri apalagi untuk ekspor, sehingga banyak produk/komoditi pertanian yang harus diimpor. Beberapa penyebabnya diantaranya adalah masyarakat petani kita tidak efisien dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki seperti masih minimnya pemanfaatan lahan pekarangan yang dimiliki dan kurangnya pemanfaatan kompos sebagai pengganti pupuk.

Sering pula kita mendengar orang yang berganti-ganti mata pencaharian dengan alasan tidak pernah mendapat untung karena mereka tidak memiliki keahlian yang memadai dalam mata pencahariannya. Mereka menjual tanah kebun, tambak atau kolam ikan yang dimilikinya karena hasil panennya selalu merugi. Kemudian hasil dari penjualan ini mereka belikan mobil angkutan umum atau motor ojek yang menurutnya lebih menjanjikan.

Sebenarnya masyarakat petani kita mau meningkatkan keahlian dengan belajar tentang mata pencaharian yang mereka geluti supaya hasil panennya mendapat untung. Tapi pada siapa mereka harus belajar. Kemana harus belajar. Apakah mereka harus menunggu penyuluh pertanian mengundang mereka untuk mendapatkan penyuluhan dan motivasi dalam berusaha. Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang semestinya segera kita atasi bersama-sama.

Sudah saatnya masyarakat mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan informasi yang mudah mereka mengerti dan pahami. Informasi yang mereka butuhkan terutama informasi yang dapat mengembangkan usaha mereka seperti petunjuk teknis budidaya, info harga, akses sarana usaha dan akses pemasaran.